Selasa, 18 Maret 2008

No polygamy

Poligami berasal dari bahasa latin, yang dalam bahasa inggrisnya 'polygamy', sedangakan pelaku poligami disebut 'poligamist' atau seorang suami yang ber-istrikan lebih dari satu orang saja, biasa di bilang dauble atau ganda. Poligami sendiri mempunyai arti yakni (dalam kamus bahasa indonesia) Seorang suami yang mempunyai istri banyak / lebih dari satu orang.

Praktek poligami di kenal sudah berabad-abad lamanya sehingga berkembang hingga sekarang ini, malah gilanya menjadi 'trend' yang tidak terkontrol apalagi di indonesia, baru-baru ini terungkap kasus meledak sebanyak 900 kasus perceraian di sebabkan oleh poligami, menyadari kanyataan ini bukankah virus-virus untuk mengizinkan poligami semakin meluas.
Jika, di tinjau dari berbagai aspek praktek poligami merupakan salah satu upaya pelecehan bagi kaum perempuan di pandang dari aspek psikologis. Adapun aspek lain yang mulai tampak di permukaan menyangkut tentang poligami ini yakni: Aspek sosial, Aspek ekonomi, Aspek agama, Aspek psikologis (yakni pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman/Psikis).
Oleh karena itu saya, menghimbau pada rekan-rekan, patner, mitra, kaum perempuan untuk mengatakan "NO polygamy" karena itu sangat merugikan posisi dirimu sebagai perempuan, bagaimanapun caranya tidak ada kamus untuk pembenaran poligami OK.

3 komentar:

Vialli mengatakan...

(slm kenal!!)

iya, dengan poligami, cewek dirugikan, seakan-akan cewek ga punya perasaan.

tapi, poligami udah dari jaman nenek moyang sih, jadinya susah dibrantas deh.

yang ga masuk akal, kenapa ada yang melakukan poligami dan menyatakan bahwa itu merupakan salah satu wujud bantuan terhadap orang, padahal, wujud bantuan itu kan bisa dilakukan tanpa melakukan poligami..

diriku adanya mengatakan...

To:Vialli


Yupp....
Memang ini sudah sejak zaman nenek moyang kita,apalagi ditambah adanya budaya,agama tertentu yang menbenarkan hal tersebut...
Tp bagiku sendiri 'No Poligami' tidak ada pembenaran dalam kamus hidupku untuk hal ini, apalagi pembenaran bantuan...No..No...OK Thx&Gbu ya..

Anonim mengatakan...

"Bukan say no but maybe"
tergantung kondisi hidup sih.
Poligami bukannya tidak benar dan merugikan posisi perempuan saya pikir.
“Setiap hal yang menyakitkan tidak selalu berarti buruk, bila disikapi secara positif malah akan membawa kebaikan.”
gak kalo gak ada sakit mana ada enak, kalo gak ada neraka mana ada surga. obat pahit kalo menyembuhkan ditelen aja…
permasalahannya, mental kita memang belum siap hidup plural.. standarisasi kita masih subjektif, masih berkaca mengacu pada diri sendiri, ketika para calon tamtama dilatih dengan sangat ’sadis’ kita tidak protes apalagi mengkait-kaitkan dengan ham, malah terselip rasa bangga. ketika para model dilatih berlenggak-lenggok dengan pakaian ’seadanya’ yang jelas-jelas katanya bisa meningkatkan potensi perkosaan, kita malah mencemooh yg protes dan kita bilang : otak lu aja yg ngeres!
coba ketika, ada yang poligami yg menurut agama si pelaku diperbolehkan, lelaki yg ‘laki banget’ pun tiba2 sangat ‘mengerti’ sekali perasaan wanita. duh… memang perlu difahami, sedikit sulit untuk menilai jika berkaca pada cermin cembung atau cekung..

http://erwin.web.id/2008/05/poligami-supaya-masuk-surga/